BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi sorotan dan
harapan banyak orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan yang paling
riil terjadi di lapangan dan bersentuhan langsung dengan sasaran adalah berupa
kegiatan belajar mengajar pada tingkat satuan pendidikan. Kualitas kegiatan
belajar mengajar atau sering disebut dengan proses pembelajaran tentu saja akan
berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang output-nya berupa sumber
daya manusia.
Selain
itu, sering dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya
guru, instruktur, media pembelajaran,dll.) kepada penerima (peserta belajar,
murid, dsb), dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran
tertentu) dapat diterima (menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik /
murid-murid. Kesadaran yang demikian ini tidaklah dijumpai dalam
penyelenggaraan pendidikan yang telah berlangsung dari abad ke abad, melainkan
baru terjadi pada sekitar tahun 1950-an, pada waktu Berlo mengembangkan suatu
model komunikasi yang disebutnya SMCR, singkatan dari Source, Message, Channel
dan Receiver.
Model
SMCR dimaksudkan untuk menunjukkan terjadinya proses komunikasi antar manusia
(human communication) yang diilhami oleh model komunikasi yang telah
dikembangkan lebih dahulu oleh Shannon-Weaver pada tahun 1946 dalam bidang
matematika dan elektronik dengan unsur-unsur komunikasi seperti Source
(Sumber), Transmitter (pemancar), Message (pesan), Signal, Noise (gangguan),
Receiver (pesawat penerima) dan Destination (tujuan yaitu orang yang diharapkan
dapat menerima pesan yang disampaikan).
Adanya
kesadaran bahwa proses belajar dan pembelajaran adalah merupakan proses
komunikasi membawa implikasi-implikasi yang sangat penting dan mendasar bagi
penyelenggaraan dan pelaksanaan serta hakikat proses belajar dan pembelajaran
itu sendiri.
Dimana
Kegiatan pembelajaran dijadikan sebagai proses transformasi pesan edukatif
berupa materi belajar dari sumber belajar kepada pembelajar. Dalam pembelajaran
terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta
didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh
terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan
kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi
yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.
1.2
Rumusan
Penulisan
Berdasarkan
pada latar belakang diatas maka penulis mencoba membuat identifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan media pendidikan dan proses komunikasi
sebagai berikut :
1. Apakah
yang dimaksud dengan proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi
tersebut?
2. Bagaimanakah
bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam pembelajaran?
3. Apa
saja tujuan dan prinsip komunikasi?
4. Apa
sajakah factor pendukung dan penghambat komunikasi?
5. Teori-
teori apasaja yang menjelaskan proses komunikasi itu sendiri?
6. Bagaimanakah
menciptakan komunikasi yang efektif?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Memahami yang dimaksud dengan proses
belajar mengajar sebagai proses komunikasi terebut
2. Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi
yang ada dalam proses komunikasi.
3. Memahami tujuan dan prinsip
komuniaksi.
4. Faktor pendukung dan penghambat
komunikasi.
5. Mengetahui teori komunikasi dalam
pembelajaran.
6. Memahami dan mampu menerapkan
bagaimana menciptakan komunikasi pembelajaran yang efektif.
1.4
Manfaat Penulisan
Supaya mahasiswa dapat lebih mengetahui
dan memahami peranan media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang
ada. Dimana setelah mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan
proses komunikasi dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Hakikat Komunikasi dan Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Banyak
pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika
diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud
yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G
(2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum,
sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus,
sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio,
yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna
kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena
untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion
dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan
seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan
sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau
berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt
M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat
suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang
mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti
pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan
maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan
di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki
pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan
melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan;
pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti
pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta
ditafsirkan oleh penerima.(Suranto : 2005)
Tidak seluruh
definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas
dapat diambil pemahaman bahwa :
a.
Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi.
Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi
tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut
konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
b. Komunikasi
adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim
pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan
komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang
pasif.
c. Komunikasi
diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan
penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut
adanya proses encoding oleh pengirim dan decoding oleh
penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
2.1.2
Pengertian Pembelajaran
Sardiman
AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar
Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut
beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara
sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik
ke arah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing
para peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri
sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki
ciri-ciri :
a. ada tujuan yang ingin dicapai ;
b. ada pesan
yang akan ditransfer ;
c. ada pelajar ;
d. ada guru ;
e. ada metode ;
f. ada situasi ada penilaian.
Terdapat
beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran,
yaitu pengajar, mahasiswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum (Once Kurniawan :
2005). Association
for Educational Communication and Technology (AECT)
menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari
pendidikan. Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem
instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar
atau lingkungan.
Suatu
sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sistem instruksional
dan pola pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya di saat mendesain atau
mengadakan pemilihan, dan di saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya
proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol, dan yang : a) didesain untuk
mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran;
b) meliputi metodologi instruksional, format, dan urutan sesuai desain; c)
mengelola kondisi tingkah laku; d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan;
e) dapat diulangi dan diproduksi lagi; f) telah dikembangkan mengikuti
prosedur; dan g) telah divalidasi secara empirik. (Yusufhadi M, dkk.:1986)
Dengan
demikian pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan
yang positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen
instuksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan
yaitu pengajar, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan
belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif
bagi proses pembelajaran.
2.2 Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses
Komunikasi
Proses
belajar mengajar hakikatnya adalah proses
komunikasi,dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan . pesan
yang dikirimkan oleh guru berupa isi /materi pelajaran yang dituangkan ke dalam symbol-simbol komunikasi baik
verbal(kata-kata dan tulisan )maupun nonverbal(gerak tubuh dan isyarat).
Dalam setiap kegiatan komunikasi terdapat dua macam kegiatan
yaitu “encoding” dan “decoding”. Encoding adalah kegiatan yang berkaitan dengan
pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam kegiatan komunikasi oleh
komunikator (oleh guru dalam kegiatan pembelajaran). Terdapat dua persyaratan
yang harus diperhatikan untuk melakukan kegiatan “encoding” ini yaitu :
- dapat mengungkapkan pesan yang akan disampaikan ; dan
- sesuai dengan medan pengalaman audience atau penerima, sehingga memudahkan penerima didalam menerima isi pesan yang disampaikan.
Salah satu kemampuan profesional seorang guru adalah
kemampuan melakukan kegiatan “encoding” dengan tepat, sehingga murid-murid
memperoleh kemudahan di dalam menerima dan mengerti materi/bahan pelajaran yang
merupakan pesan pembelajaran yang disampaikan guru kepada murid.
Sedang kegiatan “decoding” adalah kegiatan dalam komunikasi
yang dilaksanakan oleh penerima (audience, murid), dimana penerima berusaha
menangkap makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang oleh sumber
melalui kegiatan encoding di atas. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa
kagiatan “decoding” ini sangat ditentukan oleh keadaan medan pengalaman
penerima sendiri. Keberhasilan penerima di dalam proses “decoding” ini sangat
ditentukan oleh kepiawaian sumber di dalam proses “encoding” yang dilakukan,
yaitu di dalam memahami latar belakang pengalaman, kemampuan, kecerdasan, minat
dan lain-lain dari penerima. Adalah sama sekali keliru apabila di dalam proses
komunikasi sumber melakukan proses “encoding” berdasarkan pada kemauan dan
pertimbangan pribadi tanpa memperhatikan hal-hal yang terdapat pada diri
penerima seperti yang sudah disebutkan di atas, yang dalam hal ini terutama
adalah medan pengalaman mereka.
2.3
Bentuk-bentuk Komunikasi
Pada
dasarnya bentuk komunikasi tebagi atas 2 yaitu :
1. Komunikasi verbal yaitu salah satu bentuk komunikasi yang
lazim digunakan untuk menyampaikan pesan
kepada siswa yaitu melalui tulisan maupun lisan.
2. Komunikasi nonverbal yaitu bentuk
komunikasi yang menggunakan gerak-gerakan tubuhatau lebih diawali dengan
bahan/isyarat.
2.3.1
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi dimana
disampaikan secara lisan atau tertulis
yang menggunakan suatu bahasa. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat kata
yang disusun secara terstruktur sehingga menjadi kalimat yang mempunyai arti.
Komunikasi Verbal trbagi menjadi 2 Komunikasi lisan atau Oral Communication
(berbicara dan mendengar), Komunikasi Tertulis atau Written Communication
(menulis dan membaca).
1.Oral communication :
a.
Berbicara.
Berbicara
merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal yang bersifat oral. Berbicara
sangatlah fatal dilakukan jika kita tidak mempunyai bahan dan persiapan yang
matang. Karena komunikasi bersifat irresversibel (tidak dapat diulang).
Sehingga apa yang kita bicarakan haruslah benar-benar baik.
b.
Menyimak (Listening)
Menyimak
atau listinening, adalah kegiatan seseorang yang bersifat fisikal dimana
seseorangmenerima, memperhatikan, serta memahamai suara (Barker dalam Haryani,
2001-242). Menyimak secara efektif merupakan kerja aktif dari pikiran kita.
Sehingga dalam menyimak kita harus mempunyai konsentrasi yang penuh. Tidak
hanya indra pendengaran saja yang bekerja, melainkan juga pikiran kita.
2. Written Communication
a. Membaca
b. Menulis
2.3.2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap, dan
sebagainya, yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa kata-kata
(Bovee dan Thill, 2003:4). Komunikasi nonvebal sering juga disebut sebagai
bahasa diam (silent language). ahli antropologi mengatakan bahwa sebelum
adanya komunikasi verbal, masyarakat berkomunikasi nonverbal melalui gerakan
tubuh (body language).
Menurut
Mark Knap , fungsi komunikasi
nonverbal adalah :
- Meyakinkan apa yang diucapkan (repetition)
- Menunjukan peraaan atau emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
- Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
- Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasa belum sempurna.
Dalam
berbagai studi, komunikasi verbal dikelompokan dalam beberapa bentuk :
a.
Kinesics, yaitu komunikasi verbal yang ditunjukan dengan gerakan tubuh :
- Emblems, merupakan sebuah isyarat yang di buat oleh suatu budaya. Misalnya, V bagi orang amerika merupakan Victory atau kemenangan
- Illustrators, merupakan sebuah gerakan badan untuk mengilustrasikan sesuatu. Misalnya, Tinggi badanya seseorang, Gemuk langsingnya seseorang
- Affect Display, Merupakan isyarat yangbiasanya timbul karena pengaruh dari emosional seseorang. Misalnya wajah senang, wajah bete, wajah sedih. Raut Muka juga mengisyaratkan suatu pesan.
- Regulators, Suatu gerakantubuh yang biasanya terjadi di daerah kepala, misalnya mengangguk, menggelengkan kepala.
- Adaptory, suatu gerakan tubuh yang menunjukan kejengkelan pada sesuatu. Misal menggerutu, menarik napas dalam2, mengepalkan tinju.
b.
Gerakan Mata (eye gaze)
Siapa
bilang mata tak dapat berbicara? Justru terkadang mata lah yang paling
menunjukan ekspresi seseorang. Apakah dia sedang sebal, sedih, senang, terharu.
Mata tak bisa bohong. Jika seseorang sedang suka pada pasangannya, maka
tatapannya akan terasa berbeda.
c.
Sentuhan (Touching)
Sentuhan
adalah sebuah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Ada tiga bentuk
sentuhan badan :
- Kinesthetic, merupakan isyarat yang menunjukan kemesraan, atau keakraban.
- Sociofugal, merupakan isyarat yang menunjukan awal mula persahabatan.
- Thermal, merupakan isyarat awal menunjukan persahabatan, namun lebih intim, misalnya menepuk bahu, adu tinju, dll.
d.
Paralanguage
Paralanguage
merupakan suatu isyarat yang timbul karena adanya sebuah tekanan pada saat
berbicara. sehingga pada saat si komunikator berbicara, sang komunikan sudah
mengerti apa yang sebenarnya ingin dibicarakan. Contoh : ketika sang suami
memanggil dengan mesra “sayaang..” maka sang istri sudah mengetahui bahwa
suaminya memanggil dia.
e.
Diam
Diam
juga merupakan bentuk komunikasi nonverbal. walaupun bentuk komunikasi ini
merupakan bentuk yang sangat sulit untuk di terka karena bisa saja apa yang
dipikirkan orang itu adalah negatif atau pun positif.
f.
Postur Tubuh
Terkadang
manusia mengartikan postur tubuh secara “branding”. Bentuk Postur tubuh
seseorang dapat dilihat dari 3 bentuk :
- Ectomorphy, tingi kurus, dilambangkan orang yangemmpunyai sikap ambisius, pintar dan kritis
- Mesomorphy, bentuk tubuh yang tegap dan atletis melambangkan orang tersebut cerdas, bersahabat, dan aktif
- Endomorphy, bentuk tubuh pendek, bulat, dan gemuk, melambangkan pribadi yang humoris, santai, dan cerdik.
g.
Warna
Warna
memberikan arti pada objek. Misal warna merah tanda marah, putih suci.
h.
Bunyi
Jika
Paralanguage merupakan bentuk tekanan pada suara, sedangkan bunyi adalah
tekanan pada suatu benda yang memiliki arti. Misal, tepuk tangan tanda
apresiasi, peluit parkir tanda berenti atau maju. dll.
i. Bau
Bau bisa
melambangkan suatu pesan. Misalnya, wewangian kosmetik akan berbeda dengan
wewangian makanan.
2.4 Tujuan dan Prinsip Komunikasi
Tujuan
komunikasi merupakan faktor yan paling penting bagi pencapaian tujuan suatu
pendidikan seorang guru atau pengajar harus secara rutin berkomunikasi dengan
siswa agar tercapai tujuan yang diharapkan, seperti komunikasi dapat memberikan informasi, memberikan pendidikan,
mempengaruhi lawan bicara, menghibur masyarakat. Prinsip komunikasi merupakan
proses penuangan pesan kedalam "simbol" komunikasi yang disebut
encoding. selanjutnya penerimaan pesan, bisa siswa atau guru menafsirkan simbol
komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan atau dapat dipahami.
2.4.1 Tujuan Komunikasi
a.
Untuk menemukan
b.
Untuk Berhubungan
c.
Untuk Meyakinkan
d.
Untuk Bermain
2.4.2
Prinsip Komunikasi
a. Komunikasi adalah paket sinyal
b. Komunikasi adalah transaksi artinya setiap orang
dipahami sebagai pembiucara sekaligus pendengar yang secara simultan engirim
dan anerima pesan.
c. Kounikasi adalah proses penyesuaian
d. Komunikasi melibatkan dimensi kandungan/isi dan
hubungan artinya komunikasio juga menunjuk pola hubungan antara beberapa pihak
dalam semua situasi
e. urutan- Urutan Komunikai dijelaskan artinya jika komunikasi
mengenali penjelasan dan tidak mencerminkan apa yang ada dalam realita.
f. Komunikasi melibatkan transaksi yang simetris dan
koplementer, yang terjadi apabila satu pihak bebrbicara banyak dan pihak lain
aka merespon dengan baik.
g. Komunikasi tidak terhindarkan, tidak dapat
dibalikkan dan tidak terulang.
2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi
2.5.1 Faktor Pendukung
Faktor
pendukung dalam komunikasi yaitu media, karena media bisa dijadikan
faktor pendukung berkomunikasi. contoh audio, vidio, buku, papan tulis,
TV dll.
Faktor
pendukung tersebut akan dirasakan efisiensi dan keefektifannya jika ditunjang
oleh beberapa hal berikut ini:
1. Penguasaan Bahasa
Kita
ketahui bersama bahwa bahasa merupakan sarana dasar komunikasi. Baik
komunikator maupun audience (penerima informasi) harus menguasai bahasa yang
digunakan dalam suatu proses komunikasi agar pesan yang disampaikan bisa
dimegerti dan mendapatkan respon sesuai yang diharapkan.Jika komunikator dan
audience tidak menguasai bahasa yang sama, maka proses komunikasi akan menjadi
lebih panjang karena harus menggunakan media perantara yang bisa menghubungkan
bahasa keduanya atau yang lebih dikenal sebagai translator (penerjemah)
2. Sarana Komunikasi
Sarana
yang dimaksud di sini adalah suatu alat penunjang dalam berkomunikasi baik
secara verbal maupun non verbal. Kemajuan IPTEK telah menghadirkan berbagai
macam sarana komunikasi sehingga proses komunikasi menjadi lebih mudah.
Semenjak ditemukannya berbagai media komunikasi yang lebih baik selain direct
verbal (papyrus di Mesir serta kertas dari Cina ), maka komunikasi bisa lebih
di sampaikan secara tidak langsung walau jarak cukup jauh dengan tulisan atau
surat. Semenjak penemuan sarana komunikasi elektrik yang lebih canggih lagi
(televisi, radio, pager, telepon genggam dan internet) maka jangkauan
komunikasi menjadi sangat luas dan tentu saja hal ini sangat membantu dalam
penyebaran informasi. Dengan semakin baiknya koneksi internet dewasa ini, maka
komunikasi semakin lancer dan up to date. Misalnya saja peristiwa unjuk rasa
missal yang menyebabkan kekacauan di Mesir telah bisa kita ketahui bahkan
secara live.
3. Kemampuan Berpikir
Kemampuan
berpikir (kecerdasan) pelaku komunikasi baik komunikator maupun audience sangat
mempengaruhi kelancaran komunikasi. Jika intelektualitas si pemberi pesan lebih
tinggi dari pada penerima pesan, maka si pemberi pesan harus berusaha
menjelaskan. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir yang baik agar proses
komunikasi bisa menjadi lebih baik dan efektif serta mengena pada tujuan yang
diharapkan. Begitu juga dalam berkomunikasi secara tidak langsung misalnya
menulis artikel, buku ataupun tugas-tugas perkuliahan (laporan bacaan, makalah,
kuisioner dan lain-lain), sangat dibutuhkan kemampuan berpikir yang baik
sehingga penulis bisa menyampaikan pesannya dengan baik dan mudah dimengerti
oleh pembacanya. Demikian juga halnya dengan pembaca, kemampuan berpikirnya
harus luas sehingga apa yang dibacanya bisa dimengerti sesuai dengan tujuan si
penulis. Jika salah satu (penulis atau pembaca) tidak memiliki kemampuan
berpikir yang baik, maka apa yang disampaikan bisa tidak dimengerti sehingga
tidak mencapaia tujuan yang diharapkan.
4. Lingkungan yang Baik
Lingkungan
yang baik juga menjadi salah satu factor penunjang dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang dilakukan di suatu lingkungan yang tenang bisa lebih dipahami
dengan baik dibandingkan dengan komunikasi yang dilakukan di tempat
bising/berisik. Komunikasi di lingkungan kampus Perguruan Tinggi tentu saja
berbeda dengan komunikasi yang dilakukan di pasar.
2.5.2 Faktor Penghambat Komunikasi
Hambatan komunikasi antara lain :
1.
Hambatan
fisik yaitu cacat tubuh, kurang jelas penglihatan, kelelahan, sakit dll
2.
Hambatan
psikologis yaitu cacat mental, intelegensi, kepercayaan, minat , sikap dll
3.
Hambatan
kultural yaitu perbedaan adat istiadat bisa menghambat komunikasi
4.
Hambatan
lingkungan yaitu belajar di kota tidak sama dengan cara belajar di desa.
Salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut, yaitu
agar penyampaian pesan pembelajaran dilakukan dengan lebih konkrit dan jelas,
selain dengan memilih lambang verbal yang berada di daerah pengalaman murid,
misalnya dengan menggunakan alat peraga dan media pembelajaran, seperti chart,
diagram, grafik (visual symbols), gambar diam (still pictures), model dan “real
objects”, film , pita/kaset video, VCD, DVD, dan sebagainya.
2.6 Teori Komunikasi
Komunikasi
merupakan proses penyampaian informasi dari komunikasi (pendidik) kepada
komunikan (siswa) melalui media untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik
komunikasi yang efektif :
1.
Memberikan
informasi yang praktis
2.
Informasi
yang disampaikan jelas dan padat
3.
Dapat
menyakinkan pihak lain
4.
Memberikan
fakta bahan sekedar pesan
2.7 Menciptakan Komunikasi Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman
informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi
yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback
dari pihak penerima pesan.
Kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan
proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik
kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya
komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar
dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.
Setidaknya terdapat lima aspek yang
perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan
bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan
dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang
benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah
bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun
dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi
cepat tanggap
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi
juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan
persepsi. (Endang Lestari G : 2003)
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono
Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering
disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat
berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
a.
menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b.
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c.
pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak
komunikan
d.
pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e.
pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan
efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima
dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan
komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi
antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua
orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara
keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi
akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai
keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi
merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar
dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar
ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang
memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas
yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar
dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Proses
belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses
menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran media / media dan
penerima.komponen untuk proses komunikasi pesan yang akan dikonunikasikan
adalah is ajaran atas didikan yang ada dalam kurikulum. sumber pesannya bisa
guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku-buku prosedur media. salurannya
adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua
arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya
komunikasi yang terjadi di dalamnya. Dalam pembelajaran,
komunikasi yang efektif merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta
didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,
sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan
tingkah laku menjadi lebih baik.
3.2
Saran
Diharapkan
agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan
media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga
setelah mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi
dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………...i
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………ii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar